Entrepreneur Cilik (My SatNite series)

Rian (4 SD), Tegar (2 SMP), Naditya (4 SD), Rony (gak sekolah), dan Daniel (4 SD).

Lima orang bocah yang seliweran di sekitaran jalan setiabudi. Membawa kemoceng di tangan mereka. Sesekali ditawarkan kepada borjuis-borjuis yang lewat sambil menenteng barang belanjaan.

Berkenalan, berbincang, makan bareng, bercanda tawa di depan butik sepatu mewah malam itu. Dengan satu kotak makanan Jepang sebagai saksi pertemanan kami.

Beralasan untuk membayar sekolah atau pun menambah uang jajan, mereka menamparku telak. Kusadari betapa manjanya aku.

“Sudah sholat?” tanyaku.
“Memang sudah ‘isya?” tanya Rian.
“Belum… Maghribnya sudah?”
“Sudaaah…” jawab mereka serempak.

Subhanallah… 🙂

Kutanya lagi, “Kan malem kerja, pagi bangun jam berapa dong?”
“Mmm… Jam empat,” jawab Tegar polos.
Aku tertegun. “Lalu?”
“Iya, biasanya jam empat bangun, terus mandi, terus nungguin shubuh.”
Kali ini aku benar-benar ‘dipukuli’. “Terus terus?”
“Ya sekolah. Nanti kalo ada mbak Nining, ya ngaji. Terus jam enam ke McD, jualan lagi. Tiap hari,” masih dengan kepolosannya.

Yah, mungkin cuma Tegar yang begini, tapi sepertinya mereka tidak berbeda jauh. Atau paling tidak, akan seperti itu.

Naditya cuma senyum-senyum dan bilang “jam enam” saat kutanya bangun jam berapa di pagi hari. Itu cukup baik menurutku, untuk anak seumuran mereka. Zaman sekarang.

Daniel: “Aku baru pertama kali jualan, tapi aku juga mau tiap hari kayak dia,” sambil mengarahkan telunjuknya pada Tegar.

Kembalilah kami pada obrolan-obrolan ringan yang ditutup dengan diantarnya aku mencari angkot untuk pergi meninggalkan mereka. Aku harap untuk bertemu di suatu saat lain pula.

Senyumku pun merekah kembali setelah pertemuan spesial dengan mereka.

Ini malam mingguan terindah yang pernah kualami.

Terima kasih kawan-kawan kecilku. Semoga Allah mempertemukan kita lagi. ^^

Bandung, 13 Juni 2010

2 thoughts on “Entrepreneur Cilik (My SatNite series)

Leave a comment